Sebelum Ronaldinho, sebelum Neymar, Barcelona pernah punya satu pemain Brasil yang mainnya halus kayak tarian, dan dribelnya bisa bikin bek La Liga kena mimpi buruk. Namanya simpel: Giovanni. Gak banyak orang yang bahas dia sekarang, tapi di era 90-an akhir, Giovanni adalah salah satu pemain paling teknikal yang pernah pakai seragam Blaugrana.
Bukan pemain paling konsisten, iya. Tapi kalau soal magic moment? Giovanni punya. Gaya mainnya santai tapi mematikan, tipikal pemain Brasil yang main bola kayak lagi ngelukis.

Awal Karier: Muncul dari Tanah Samba
Giovanni lahir di Belém, Brasil, 4 Februari 1972. Karier profesionalnya dimulai di klub lokal Tuna Luso, lalu pindah ke Remo dan sempat main untuk beberapa klub kecil sebelum gabung Santos—klub yang melahirkan banyak legenda Brasil.
Di Santos, namanya mulai mencuat. Posturnya tinggi (sekitar 185 cm), tapi punya sentuhan dan keluwesan kayak gelandang serang. Dia bisa jadi second striker, bisa juga turun ke tengah buat bantu build-up. Skill individunya gak usah diragukan: dribble, kontrol, dan insting gol dari jarak jauh semuanya masuk kategori elite.
Pindah ke Barcelona: Disambut Louis van Gaal, Tapi…
Tahun 1996, Giovanni direkrut Barcelona, dan langsung jadi bagian dari skuad yang waktu itu lagi dibangun ulang oleh Bobby Robson, lalu diteruskan Louis van Gaal. Di musim pertamanya, dia main bareng Ronaldo Nazário dan Figo. Skuadnya ofensif banget, dan Giovanni punya momen emas di situ.
Selama dua musim (1996–1999), Giovanni tampil dalam 71 pertandingan dan mencetak 18 gol untuk Barcelona. Dia bantu tim meraih Copa del Rey 1996–97, Piala Super Spanyol, dan UEFA Cup Winners’ Cup. Perannya gak dominan, tapi selalu punya kontribusi waktu diturunkan.
Tapi masalahnya muncul waktu Van Gaal mulai memberlakukan sistem yang kaku banget, dan Giovanni bukan tipe pemain yang bisa disuruh ikut skema 100%. Dia lebih suka improvisasi, main bebas, dan Van Gaal gak suka itu. Konflik muncul, dan hubungan mereka memburuk.
Giovanni bahkan pernah bilang di wawancara, “Van Gaal adalah Hitler untuk pemain Brasil.” Pernyataan yang keras banget dan jadi headline di masanya.
Gaya Main: Santai Tapi Berbahaya
Giovanni bukan pemain yang main dengan kecepatan tinggi, tapi dia punya teknik yang bikin bola lengket di kaki. Kontrol bolanya kelas dunia, dan dia suka banget bikin ruang sendiri lewat gerakan tipis.
Dia bisa nyetak gol dari jarak jauh, bikin umpan no-look, atau ngelewatin 2-3 bek tanpa kelihatan panik. Salah satu gol paling ikoniknya datang lawan Real Sociedad: dia dribble, berhenti, dribble lagi, dan chip bola ke tiang jauh kayak lagi main futsal di jalanan Brasil.
Sayangnya, gaya main kayak gini gak selalu cocok di liga yang fisiknya tinggi dan taktis kayak La Liga di era Van Gaal.
Setelah Barca: Keliling Dunia Bawa Sentuhan Samba
Setelah keluar dari Barcelona, Giovanni main di Olympiacos (Yunani), dan di sana dia malah meledak. Dia jadi legenda klub, dengan lebih dari 60 gol dalam 130 pertandingan. Fans Olympiacos sampai sekarang masih nyanyiin namanya karena kontribusinya yang gila di sana.
Dia juga sempat balik ke Santos, dan main di beberapa klub lain kayak Al-Hilal (Arab Saudi) dan Ethnikos Piraeus. Kariernya panjang banget, bahkan sampai umur 38 masih sempat main profesional. Tipe pemain yang gak pernah kehilangan sentuhan, meskipun fisiknya udah turun.
Timnas Brasil: Bukan Bintang Utama, Tapi Tetap Dihargai
Giovanni sempat masuk skuad timnas Brasil antara 1995–1999. Dia tampil di Copa América 1997 dan Piala Dunia 1998 (meskipun lebih sering jadi pelapis). Dia total mencatatkan 18 caps dan 6 gol untuk Selecao.
Bersaing di lini serang Brasil di era itu jelas gak mudah. Di masanya, ada Ronaldo, Rivaldo, Bebeto, Edmundo, Denílson, dan Romário. Tapi tetap aja, dia sempat jadi bagian dari skuad yang menantang dunia.
Kenapa Namanya Gak Sebesar Rivaldo atau Ronaldinho?
Jawabannya simpel: konsistensi dan konteks. Giovanni punya teknik dan flair kelas dunia, tapi dia gak pernah punya satu musim eksplosif penuh di klub top Eropa. Ditambah gaya mainnya kadang dianggap “malas” karena terlalu santai, dan gak cocok buat sistem sepak bola Eropa yang demanding secara taktik dan fisik.
Tapi buat fans bola yang ngerti keindahan dan detail, Giovanni itu hidden gem. Bukan pemain yang disorot terus, tapi highlight dia tetap timeless.
Kesimpulan: Giovanni, Si Seniman Lapangan yang Pernah Bikin Camp Nou Tepuk Tangan
Giovanni bukan legenda mainstream, tapi dia bagian dari sejarah penting Barcelona dan Olympiacos. Dia adalah representasi dari pesepakbola Brasil yang main bukan buat ngejar angka atau statistik, tapi buat bikin bola itu terlihat indah.
Dan meskipun waktunya di Barca pendek dan penuh drama, dia tetap jadi salah satu pemain Brasil pertama yang ninggalin jejak di Camp Nou sebelum era Neymar dan Ronaldinho bikin semuanya viral.